Kisah Abu Utsman mendapatkan pengalaman spiritual pertamanya setelah menolong seekor keledai yang malang
KISAH SUFI--Seperti yang kita ketahui selama ini, kisah sufi memanglah sebuah kisah yang didalamnya terdapat banyak sekali pelajaran bagi orang yang berhasil memetiknya, di dalam kisah tersebut sungguh banyak pelajaran tentang arti sebuah kehidupan. Mereka adalah para wali Allah yang memiliki kerendahan hati teramat sangat dan selalu bermujahadah kepada-Nya. Begitu juga dengan seorang sufi yang satu ini, ia adalah Abu Utsman Said bin Ismail Al-hiri An-nisaburi yang berasal dari Rayy.
Abu Utsman adalah seorang yang rendah hati serta bersahaja, ia pernah berguru kebanyak tokoh sufi terkemuka serta mengembara ke berbagai daerah, diantara tokoh sufi yang pernah memberinya pengajaran serta bimbingan tersebut ialah Yahya bin Muadz, Syah bin Syuja' Al-kirmani, Abu Hafshin Al-haddad, serta ia juga pernah ke Bagdad untuk berguru kepada Imam Junaid Al-Bagdadi sebelum akhirnya Abu Utsman menutup usianya di tahun 298 H atau 911 M.
Dalam perjalanan hidupnya, Abu Utsman banyak mendapati hal-hal yang kemudian mengantarkannya kepada jalan hidup manusia sejati. Dan pernah pada suatu hari, dimana kala itu Abu Utsman masih sangat muda, Abu Utsman muda kemudian berpergian melintasi gurun pasir luas. Ia pergi bersama beberapa orang temannya dari 4 negara (ethiopia, yunani, kashmir,turki) untuk menuju ke sebuah tempat perguruan.
Abu Utsman berangkat dari rumahnya dengan membawa sebuah kotak pena yang terbuat dari emas, dan juga ia mengenakan sebuah sorban yang terbuat dari kain yang sangat halus serta mengenakan sebuah jubah sutera. Ia begitu mantap dengan langkahnya untuk pergi berguru.
Akan tetapi, di tengah perjalanan ke tempat tujuannya itu, ia mendapati sebuah rumah tua tempat persinggahan musafir yang mungkin lewat dulu sudah tidak berpenghuni lagi, Abu utsman kemudian menyempatkan diri mengintip ke celah rumah itu, dan terlihatlah olehnya seekor keledai yang sedang terluka parah, kondisinya sungguh menggenaskan.
Terlihat juga oleh Abu Utsman di sana seekor burung gagak hitam besar sedang mematuk-matuki luka si keledai, dan keledai pun tiada berdaya untuk sekedar mengusirnya. Melihat pemandangan yang demikian pilu, sontak saja kemudian meluluhkan hati Abu Utsman, ia merasa sangat kasihan terhadap si keledai.
Para sahabatnya tadi pun bingung setelah melihat air muka Abu Utsman yang seketika berubah, dan tanpa mempedulikan para sahabatnya tadi, dengan sigap Abu Utsman segera masuk ketempat dimana keledai sekarat tadi berada.
Sesampainya di sana, Abu Utsman segera melepas jubahnya yang terbuat dari sutera itu, dan kemudian ia selimutkan ke tubuh keledai, lalu ia keluarkan persediaan airnya untuk membasuh luka pada punggung keledai. Setelah itu, Abu Utsman pun membalut luka-luka keledai tadi dengan telaten dengan sorban yang sedang ia pakai.
Sementara Abu Utsman sedang mengurusi keledai, para sahabatnya hanya terdiam melihat semua yang dilakukan Abu Utsman tersebut. Sebenarnya para sahabat Abu Utsman pun ingin ikut membantu, akan tetapi mereka tak tahu apa yang harus mereka lakukan.
"Izinkan kami untuk ikut membantumu wahai Abu Utsman sahabatku," kata salah satu diantara sahabatnya tadi kepada Abu Utsman.
Akan tetapi, karena terlalu sibuk, Abu Utsman tak mempedulikan perkataan sahabatnya itu, ia terus saja berkonsentrasi dengan bersungguh-sungguh untuk membalut luka si keledai malang tadi.
Dan karena perhatian Abu Utsman yang terlalu besar kepada sikeledai, maka tiba-tiba sikeledai memohon kepada Allah agar melimpahkan Abu Utsman dengan keberkahan. Lalu, setelah selesai Abu Utsman membalut luka keledai tadi, maka ia pun segera melanjutkan perjalanannya.
Selanjutnya, di saat melanjutkan perjalanannya setelah merawat keledai malang dirumah tak berpenghuni tadi, Abu Utsman merasakan ada sebuah keanehan yang terjadi kepada dirinya, ia mendapatkan sebuah karunia Allah berupa sebuah pengalaman spritual yang hanya dialami oleh manusia-manusia sejati saja.
Saat itu, ketika ia sedang berjalan ia seperti mendengar sebuah khotbah yang disampaikan oleh seorang tokoh sufi terkemuka yang bernama Yahya bin Muadz. Khotbah yang disampaikan tokoh sufi terkemuka itu begitu menghujam di dalam lubuk hatinya. Dan di sinilah awal Abu Utsman memasuki dunia ke sufian.
Lalu, setelah mendapati pengalaman seperti itu maka Abu Utsman pun berjanji akan pergi mencari Yahya bin Muadz tersebut untuk di jadikan sebagai guru olehnya. Sungguh Allah yang maha memberikan petunjuk kepada siapa yang dikehandakinya.
Komentar
Posting Komentar