Kisah Ibrahim bin Adham dan Ikan-ikan yang Membawakannya Jarum-jarum Emas

KISAH SUFI, JALANG.ID--Ibrahim Bin Adham adalah seorang sufi yang dulunya mempunyai sebuah kerajaan di Balk, Iraq. Dalam perjalanan spritualnya ibrahim bin adham sangat istiqamah untuk melakukan kedisiplinan diri. Ia menyepi ke gua-gua untuk melakukan shalat tahajud setiap malamnya, dan berpuasa senin kamis secara terus menerus.

Pada suatu hari, ketika ia sedang menjahit jubahnya yang telah lusuh ditepi Sungai Tigris, tiba-tiba saja jarum yang ia pegang jatuh ke dalam sungai tersebut,
selang berapa detik seseorang menghampiri ibrahim bin adham sambil bertanya.

"Wahai Ibrahim, engkau telah meninggalkan sebuah kerajaan yang megah di Balk, dan sekarang menjadi gelandangan tanpa rumah, lalu apakah yang engkau peroleh sebagai imbalannya?" 

Ibrahim bin adham kemudian tersenyum mendengar pertanyaan orang tersebut, dan sejurus kemudian ia mengayunkan telunjuknya sebagai sebuah isyarat agar orang tersebut memperhatikan kedalam sungai tempat jarum penjahitnya tadi tenggelam. Lalu, Ibrahim pun berseru.

"Wahai penghuni sungai, tolong kembalikan jarumku yang tadi jatuh."

Tak lama kemudian, tiba-tiba segerombolan besar ikan pun mendongakkan kepalanya ke permukaan air. Dan jelas sekali terlihat bahwa tiap-tiap ikan membawa satu jarum emas di mulutnya.

Melihat kejadian seperti itu, orang tadi pun terheran-heran.

Kemudian Ibrahim pun berkata kepada ikan-ikan tersebut.

"Wahai ikan-ikan penghuni Sungai Tigris, aku tidak memerlukan jarum emas. Namun, yang aku inginkan adalah jarumku yang tadi."
 
Lalu, tak lama setelah itu datanglah seekor ikan kecil yang lemah mengantarkan jarum kepunyaan ibrahim yang tadinya terjatuh.

Setelah mengambil jarum kepunyaannya dari ikan tersebut, Ibrahim pun menoleh kepada orang itu, dan kemudian ia pun berucap.

"jarum ini adalah salah satu antara imbalan-imbalan yang aku terima karna telah meninggalkan kerajaan di Balk
 Sedang yang lainnya, belumlah engkau ketahui."
 
Dan, setelah itu Orang tadi kembali menanyai Ibrahim tentang kebahagian yang diraihnya selama pengembaraan.

"Pada suatu ketika, aku sedang diatas kapal yang nakhkodanya tak mengenal diriku. Sebab aku mengenakan pakaian yang lusuh,dan rambutku tidak dicukur.
Dan saat itu aku sedang dalam ekstase spritual. Namun, tak seorang pun diatas kapal yang mengetahuiku. Mereka memperolok-olokanku. Setiap kali mereka menghampiriku, mereka menjambak rambutku dan menampar tengkukku. Tepat pada saat seperti itulah aku merasakan jika keinginanku telah tercapai dan aku merasa sangat bahagia karna dihinakan sedemikian rupa," terang Ibrahim.

Selanjutnya, Ibrahim juga menceritakan ketika ia menaiki sebuah kapal. Namun tiba-tiba gelombang besar datang. Maka diperintahkan lah oleh nakhoda untuk mengurangi muatan dengan melempar salah satu penumpang ke laut.

Dan semua penumpang langsung saja mengangkat tubuhnya beramai-ramai untuk dilempar kelaut. Namun berkat kemurahan tuhan tiba-tiba saja gelombang besar tadi seketika berhenti.

"Pada saat mereka mengangkat tubuhku dan menarik telingaku untuk dilemparkan ke laut. Saat itulah aku merasa bahwa keinginanku tercapai dan aku merasa sangat bahagia," imbuh Ibrahim.

**

Dan begitu lah sepenggal kisah Ibrahim bin Adham setelah ia meninggalkan kerajaan megahnya di Balk, dan hidup sebagai seorang pengembara. 

Dan memang, hamba-hamba Allah yang sepeerti itu sudah tidak lagi terikat dengan perasaan senang maupun sedih, dan yang ada bagi mereka hanyalah keridhaan-NYA.


Komentar