Kisah Abu Utsman yang istiqamah dalam menghilangkan nafsu amarah yang ada pada dirinya

Abu Utsman bin Al-hiri An-nisaburi adalah seorang sufi kenamaan dari Rayy. Ia pernah berguru ke banyak tokoh sufi kenamaan, diantaranya adalah Yahya bin Muadz, Syah bin Syuja Al-kirmani, serta Abu Hafshin Al-haddad, dan juga Imam Junaid Al-bagdadi.

Abu Utsman wafat pada tahun 298 H atau 911 M. Ia dikenal sebagai seorang tokoh sufi yang sangat rendah hati serta kuat dalam berpendirian (istiqamah). Sebelumnya telah kami kisahkan bagaimana awal mula Abu Utsman mendapat kemajuan dalam spritualnya.

Abu Utsman pernah mengalami keanehan saat dirinya berada di dalam sebuah perjalanan, ia mendengar dengan jelas khotbah yang disampaikan oleh seorang tokoh sufi kenamaan yang bernama Yahya bin Muadz meskipun ia tengah berada di padang pasir yang luas dan tak ada seorang pun selain dari empat sahabat yang saat itu juga ikut bersamanya.

Setelah mendapati sebuah pengalaman mistis yang aneh tersebut maka Abu Utsman pun berniat untuk mencari Yahya bin Muadz dan kemudian menimba ilmu kepadanya. Dan Abu Utsman pun kemudian memohon izin kepada kedua orang tuanya untuk pergi menuntut ilmu kepada Yahya bin Muadz tersebut.

Sesampainya ditempat Yahya bin Muadz Abu Utsman pun diterima sebagai salah seorang muridnya (Yahya bin Muadz). Setelah bergabung bersama Yahya, Abu Utsman pun disitu mulailah ia dalam menjalankan disiplin diri yang keras.

Setelah beberapa lama menjadi murid Yahya bin Muadz kemudian terdengarlah berita oleh Abu Utsman jikalau Syah bin Syuja Al-kirmani juga mendapat pengalaman mistis yang luar biasa, maka mendengar berita seperti itu tertariklah hati Abu Utsman untuk berguru kepada Syah bin Syuja tersebut dan kemudian Abu Utsman pun membicarakannya kepada Yahya bin Muadz selaku gurunya akan niatnya itu.

Sebagai guru yang pengertian Yahya pun mengizinkan Abu Utsman untuk pergi menemui Syah bin Syuja. dan akhirnya berangkatlah Abu Utsman ke kirmani untuk menemui Syah bin Syuja. sesampainya disana Abu Utsman pun mengutarakan niatnya kepada Syah bin Syuja, akan tetapi sayang seribu sayang, Syah bin Syuja menolaknya.
 
''Drimu dipenuhi keinginan, tidaklah baik untuk dirimu menjadi muridku, tempatmu yang kemarin adalah sebuah keinginan, engkau tidak akan mendapat kemajuan spritual jika dirimu engkau besarkan didalam keinginan. Tahukah engkau kesetian buta terhadap keinginan hanya dapat membawamu kepada kemalasan, dan bagi gurumu Yahya bin Muadz sendiri keiginan itu hanyalah sebuah pengalaman yang nyata, akan tetapi bagimu keinginan itu tak lain tak bukan hanyalah peniruan semata," jawab Syah bin Syuja kepada Abu Utsman.

Mendengar kedatangannya ditolak, maka dengan segala kerendahan hati Abu Utsman pun tetap memohon kepada Syah bib Syuja agar menjadikannya sebagai seorang murid, akan tetapi Syah bin Syuja pun tetap menolaknya. 

Namun, Abu Utsman tak kendur sedikitpun semangatnya. Setelah ia ditolak oleh Syah bin Syuja Abu Utsman duduk berhari-hari didepan pintu rumah Syah bin Syuja hingga terhitung selama 20 hari. 

Merasa kasihan serta takjub, maka Syah bin Syuja pun akhirnya mau menerima Abu Utsman sebagai muridnya. Dan setelah sekian lama berguru kepada Syah bin Syuja pengalaman spritual yang didapati Abu Utsman pun semakin bertambah. Ia semakin mantap dalam berdisiplin diri serta istiqamah dalam setiap ibadahnya.

Lalu, setelah beberapa lama tinggal dengan gurunya tersebut, maka atas saran dari gurunya Abu Utsman di anjurkan untuk menemui Abu Hafshin Al-haddad di Nishapur, dan di tempat Abu Hafshin itulah akhirnya Abu Utsman menerima proses kepasrahan total terhadap apa yang dikehendaki Allah.

Abu Utsman pun berkata, "Selama 40 tahun ini, betapa pun beratnya keadaan yang dikehandaki Allah atas diriku, sedikit pun tak akan pernah kusesali, dan betapapun ia akan mengubah keadaanku, aku tak lagi akan merasa marah," ungkap Abu Utsman.

Dan ketika Abu Utsman berkata demikian, seseorang tanpa dia sadari ikut mendengarnya, dan membuat seseorang tersebut ingin sekali mengujinya. Maka ia pun mengirimi Abu Utsman sebuah undangan penjamuan makan. Dan Abu Utsman pun berangkat menuju rumah seseorang yang mengundangnya itu.

Akan tetapi, sesampainya dirumah yang dimaksud seseorang tersebut kemudian meneriakinya, "Wahai engkau Abu Utsman, seorang manusia yang rakus, tak ada sedikitpun makanan disini yang disediakan untukmu, lebih baik engkau pulanglah saja sana,'' teriak orang itu kepada Abu Utsman.

Mendengar hal seperti itu, maka berpalinglah Abu Utsman tadi untuk kembali pulang kerumahnya, akan tetapi orang tadi kembali berteriak, "wahai Syekh Abu Utsman, kemarilah," ujarnya.

Maka Abu Utsman pun kembali, akan tetapi setelah dekat dengan rumah orang yang akan menjamunya tadi ia diteriaki lagi oleh orang tadi, "Sudah aku katakan kepadamu wahai manusia rakus yang tak akan pernah merasa cukup, disini tak ada sedikitpun makanan yang tersedia untukmu," kata orang itu.

Lagi-lagi syekh Abu Utsman pun berpaling, akan tetapi setelah agak jauh maka orang tadi kembali memanggilnya lagi. Dan setelah mendekat kembali lagi orang tadi berteriak, "Sudah ku bilang, disini tak ada makanan untukmu, jika kau mau makanlah batu, atau pulang saja sana," kata orang itu lagi padanya.

Maka Abu Utsman pun kembali lagi untuk meninggalkan tempat itu, dan kemudian orang tadi lagi-lagi memanggilnya.

Sehingga yang seperti itu genaplah sebanyak 30 kali, yang berarti Abu Utsman dipanggilnya sebanyak 30 kali, dan diusirnya lagi sebanyak 30 kali juga. 

Akan tetapi Abu Utsman tidak sedikitpun merasakan jengkel dihatinya. Akhirnya orang yang memperolokkannya tadi bertekuk lutut dihadapan Abu Utsman sambil bercucuran air mata, dan menyesali segala perbuatannya tadi terhadap Abu Utsman. 

Ia pun segera meminta ma'af atas kesalahannya itu, serta meminta kepada Abu Utsman untuk menjadikannya sebagai seorang muridnya.

''Wahai Abu Utsman, engkau memang benar-benar seorang manusia yang sangat kukuh dan istiqamah,'' katanya kemudian kepada Abu Utsman

Abu Utsman pun menjawab dengan tenang, "Hal yang seperti ini adalah sesungguhnya sangat sepele, anjing-anjing pun juga mampu berbuat demikian, apabila anjing-anjing itu engkau usir sebanyak 30 kali, mereka pun akan pergi, dan jika engkau kembali memanggilnya sebanyak 30 kali, maka ia pun akan kembali datang tanpa sedikitpun menunjukkan rasa jengkel terhadapmu, dan sesuatu hal yang dapat dilakukan oleh anjing tersebut sama sekali tak ada artinya, sangat berbeda dengan perjuangan yang dilakukan manusia untuk bisa seperti itu," terang Abu Utsman kepadanya.

Demi mendengar penuturan Abu Utsman tersebut, orang tadi pun merasa sangat bersalah, maka didalam hatinya kemudian ia berjanji akan menjadi murid Abu Utsman yang setia.

Komentar